BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Mengingat pentingnya pendidikan masa
kanak-kanak sebagai pondasi dari awal pertumbuhan dan perkembangan mereka di masa
datang, maka optimalisasi pendidikan ditiga lingkungan yaitu, keluarga,
masyarakat, dan sekolah menjadi sangat penting. Aspek-aspek
yang dikembangkan dalam hal ini diantaranya aspek fisik, sosial,
emosional, dan kognitif
anak saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Perkembangan fisik
motorik anak meliputi motorik kasar dan motorik halus anak. Perkembangan motorik halus anak
taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal
ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan
menggunakan jari tangan.
Kegiatan
motorik halus sebaiknya sudah diperkenalkan kepada anak pra sekolah. Tentu saja
hal ini seiring dengan kegiatan motorik kasarnya. Anak-anak memerlukan
persiapan yang sebelum mereka bersekolah, sehingga kelak diharapkan mereka mampu
menguasai gerakan-gerakan yang akan dilakukan nantinya pada saat bersekolah.
Kemampuan motorik halus anak adalah kemampuan yang
berhubungan dengan keterampilan fisik yang meliputi otot kecil, koordinasi mata dan tangan. motorik halus anak
ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti : bermain puzzle,
menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat
garis, melipat kertas dan sebagainya.
Kemampuan motorik halus anak berbeda-beda, dalam hal
kekuatan maupun ketepatannya dan dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi
yang didapatkannya. Lingkungan atau orang tua mempunyai pengaruh yang lebih
besar dalam kecerdasan motorik halus.
Kemampuan
motorik halus ini bisa dikembangkan dengan cara anak-anak bermain dalam suasana
suka cita, gembira dan penuh kasih sayang ( seperti : bermain menggali pasir,
tanah, menuangkan air, dll).
Hamdani ( 2010:
03), beberapa kemampuan motorik halus yang penting bagi anak untuk dikembangkan
adalah:
1.
Mampu melengkungkan telapak
tangan membentuk cekungan.
2. Menggunakan jari telunjuk dan jempol untuk memegang suatu benda,
sambil menggunakan jari manis untuk kestabilan tangan mereka.
3. Membuat bentuk lengkung dengan jempol dan telunjuk.
Berdasarkan
permasalahan yang terdapat pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam hal merobek
dan menempel kertas lipat kemudian ditempel pada gambar yang telah disediakan
masih banyak anak yang masih kurang pada motorik halus, ada anak yang masih
asal-asalan, dalam merobek kertas tidak
beraturan, dan belum rapih.
Berdasarkan
kondisi permasalahan yang nyata terjadi di kelompok B di Paud Nuurul Iman
anak-anak masih belum tertib, dalam penyampaiannya materi kurang dipahami oleh
anak, dan kurang dalam hal medianya atau
bahan-bahan untuk pekerjaan anak. Aktivitas tersebut
terlihat mudah namun memerlukan latihan dan bimbingan agar anak dapat
melakukannya secara baik dan benar.
Berdasarkan permasalahan penelitian, pada tanggal 24 November 2011 di kelompok B
di Paud Nuurul Iman, terdapat anak yang kurang
rapih dan kurang teliti dalam mengerjakan suatu pekerjaan dalam hal merobek dan menempel potongan kertas yang berukuran acak, kecil, sedang, besar pada sebuah gambar yang telah disediakan oleh guru.
Adapun (60%) dari 9 anak belum berkembang dalam mengerjakan menempelkan potongan kertas yang berukuran
kecil-kecil pada sebuah gambar dan (40%) dari 6 anak yang sudah
mulai berkembang sesuai harapan dari jumlah
15 anak.
Solusinya supaya anak minat terhadap motorik halus anak dengan cara memotivasi dari luar diri anak dengan mengembangkan imajinasi
anak kemudian anak akan termotivasi dari dalam diri anak.
Keunggulan
metode pemberian tugas dalam mengembangkan motorik halus anak merupakan dapat memupuk semangat belajar peserta didik,
dapat lebih memperdalam, memperkaya, dan memperluas wawasan yang dipelajarinya
Supaya
motorik halus anak diharapkan dapat berkembang lebih baik dari sebelumnya dan
lentur, dalam
hal menghias gambar tersebut dengan cara merobek kertas yang
berukuran kecil-kecil dengan cara memberikan arahan yang dimengerti oleh anak
dan bimbingan yang tepat pada anak usia dini supaya dapat perlahan-lahan dalam
mengerjakan pekerjaannya dengan teliti dan rapih.
Dari uraian di atas maka, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Penerapan Metode Pemberian Tugas dengan Teknik Merobek untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak" (Penelitian Tindakan Kelas di kelompok B di Paud Nuurul
Iman Tanjungsari).
1.2
Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan pada
penelitian ini dapat dikemukakan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran merobek dan menempel dengan metode
pemberian tugas ?
2. Bagaimana
peningkatan kemampuan anak dalam hal merobek dan menempel setelah dilaksanakan penerapan
metode pemberian tugas ?
1.3
Batasan Masalah
Dalam batasan masalah penelitian ini sebagai
berikut:
1.
Kemampuan merobek kertas pada gambar dengan menggunakan media kertas.
2.
Kemampuan menempel kertas pada gambar dengan menggunakan media kertas.
1.4
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian
yang dilakukan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran merobek dan menempel dengan metode pemberian tugas.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan anak dalam
hal merobek dan menempel setelah dilaksanakan penerapan metode pemberian tugas.
1.5
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini,
maka manfaat penelitian ini diantaranya sebagai berikut :
a. Dapat menambah wawasan serta pengetahuan dalam hal penerapan media merobek untuk meningkatkan kelenturan jari
tangan anak.
b. Dapat mengkoordinasi kecepatan atau kecekatan tangan dengan
gerakan mata
c.
Dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus anak yang berhubungan dengan keterampilan
gerak kedua tangan
d.
Dapat meningkatkan
keterampilan dalam melaksanakan metode pembelajarannya
1.6
Anggapan Dasar
Dalam
menentukan anggapan dasar penelitian, penulis terlebih dahulu menentukan suatu anggapan
dasar yang nantinya akan menjadi dasar pijakan untuk bahan penelitian selanjutnya.
Dengan berdasarkan atas hasil pengamatan penulis dilapanagan dan tentunya dari
teori-teori yang dikutip oleh para ahli.
Adapun
anggapan dasar yang penulis ajukan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bahwa kemampuan motorik halus anak yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya. Pada dasarnya perkembangan ini berkembang
sejalan dengan kematangan saraf dan otak anak.
1.7
Hipotesis Tindakan
Dengan kata lain hipotesa
adalah sebuah kesimpulan tetapi kesimpulan tersebut belum final masih harus
dibuktikan kebenarannya. Hipotesa hendaknya membuat semakin jelas arah
pengujian suatu masalah berdasarkan anggapan dasar, penulis mengajukan hipotesa
sebagai berikut : “Penerapan Metode Pemberian Tugas melalui Teknik
Merobek dapat Meningkatkan Kemampuan Motorik halus Anak di kelas kelompok B PAUD Nurul Iman Tanjungsari”
1.8
Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap istilah yang
digunakan, oleh karena itu penulis membatasi berbagai istilah yang terdapat
dalam judul penelitian yaitu : “upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak
dengan menggunakan metode pemberian tugas melalui teknik merobek”. Batasan
istilahnya sebagai berikut :
1.
Kemampuan
Motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan
keterampilan fisik yang meliputi otot kecil dan koordinasi mata dan tangan.
2.
Metode
adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan
dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang
hendak dicapai.
3.
Pemberian
tugas adalah tugas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada
anak Taman kanak-kanak yang harus dilaksanakan dengan baik.
4.
Merobek
adalah seni yang sangat mudah, namun itu diperlukan latihan untuk membuat
gambar subjek yang akurat, tanpa menggunakan garis saat awal merobek kertas.
BAB
II
LANDASAN TEORITIS
2.1
Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik Anak Pra Sekolah
Pertumbuhan
adalah proses perubahan yang bersifat progesif atau maju pada aspek fisik dan pisiologi.
Perubahan ini lebih bersipat kuantitatif yang berhubungan dengan dengan jumlah
dan ukuran. Contohnya: bayi hanya bisa tidur terlentang, lambat laun bisa
tengkurap, merayap, merangkak, merambat, dan berjalan.
Perkembangan
adalah proses perubahan progesif atau maju pada berbagai aspek fisik dan psikis
sebagai hasil kematangan dan belajar. Gautama (2002:34) mengemukakan bahwa,
kematangan merupakan faktor internal (dari dalam diri) yang terjadi secara alamiah
pada setiap individu, sedangkan belajar merupakan faktor eksternal (dari luar)
yang terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungan.
Perkembangan pada
anak dapat diupayakan terjadi secara optimal melalui kegiatan belajar.
Perkembangan pada anak seringkali tidak disadari oleh orang tua, bahkan mungkin
bagi seorang pendidik. Bagi orang tua perkembangan anak merupakan proses
alamiah yang terjadi pada setiap saat dan sedikit sekali yang memahami
perkembangan pada anak.
Setiap tahapan
perkembangan menunjukan ciri-ciri perilaku tertentu sebagai harapan sosial yang
harus dicapai. Ciri-ciri dari perkembangan merupakan tugas perkembangan pada
suatu tahapan yang dicapai dan dikuasai oleh setiap anak. Seorang anak mampu
mencapai perkembangan pada tahapan tertentu, maka akan mendapatkan kepuasan dan
akan menjadi dasar bagi penguasaan dan
perkembangan pada tahapan selajutnya, misalnya: penguasaan gerak melangkah untuk
mengembangkan kemampuan berjalan, berlari, bahkan meloncat.
Menurut
Iskandar (2006:4), menyatakan ada
beberapa prinsip yang diharapkan akan memberikan gambaran tentang perkembangan
anak sebagai berikut:
1)
Perkembangan
ditandai dengan perubahan, pada dasarnya ditandai oleh proses perubahan fisik,
psikologis dan sosial yang bersifat relatif menetap dan progesif (maju) sebagai
hasil kematangan dan belajar.
2)
Perkembangan
awal dari perkembangan selanjutnya (usia 2 tahun - 5 tahun). Pada usia tersebut
ditandai oleh berbagai bentuk seperti masa egosentris, masa menentang, masa
identifikasi, dan masa imitasi, serta masa peka.
3)
Pekembangan
hasil kematangan belajar, kematangan adalah faktor internal yang memungkinkan terjadinya
perubahan baik aspek fisik, psikologis maupun sosiabilitas anak.
4)
Perbedaan
individu perkembangan anak, setiap anak menunjukan beberapa penguasaan pola
perkembangan yang berbeda menurut perkembangan masing-masing.
Perkembangan
motorik anak pra sekolah sedang mengalami pertumbuhan, terutama pertumbuhan
jasmani yang sangat pesat dan secara nyata dapat dilihat dari pertumbuhan motorik.
Pengembangan
kemampuan motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus pada anak tidak akan
berkembang melalui kematangan begitu saja, melainkan pengembangan keterampilan motorik
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan
belajar, kesempatan berpraktek, model yang harus baik, bimbingan motivasi
setiap keterampilan harus dipelajari secara satu demi satu.
Aspek
perkembangan motorik anak mencakup tiga hal seperti dikemukakan oleh Suparman
Eman ( 2009: 2) yaitu:
1). Perkembangan Anatomis
Perkembangan pada motorik anak diperlihatkan dengan
bertambahnya jumlah tulang belakang yang berpengaruh pada semakin
meningkatkannya proporsi tinggi kepala dan berat badan pada anak tersebut.
2). Perkembangan Psikologis
Perkembangan psikologis ditandai dengan adanya perubahan
secara kuantitatif, kualitatif dan fungsional sistem kerja hayati, seperti
kontraksi otot, peredaran darah dan pernapasan, persyaratan produksi kelenjar
dan pencernaan pada anak berfungsi sebagai pengontrol motorik dan denyut
jantung frekuensinya sekitar 140 denyut permenit.
3). Perkembangan Perilaku Motorik
Perkembangangan perilaku motorik memerlukan adanya
kooordinasi antara persyaratan dan otot serta fungsi kognitif, dan afektif. Dua
macam perilaku motorik utama yang bersifat umum harus dikuasai oleh setiap
anak, yaitu : a). Berjalan dan memegang benda merupakan jenis keterampilan
motorik dasar, b). Bermain dan bekerja merupakan keterampilan motorik
penunjang.
Tujuan dari
pengembangan motorik jasmani adalah mengembangkan keterampilan motorik kasar
dan motorik halus anak untuk pertumbuhan
dan kesehatan (Iskandar, 2006:7) yang meliputi sebagai berikut :
1)
Mengembangkan
kemampuan koordinasi motorik kasar dan motorik halus.
2)
Menanamkan
nilai-nilai sportifitas dan disiplin.
3)
Meningkatkan
kesegaran jasmani.
4)
Memperkenalkan
sejak dini hidup sehat.
5)
Memperkenalkan
gerakan-gerakan yang mudah melalui irama musik.
6)
Meningkatkan
keterampilan menggunakan alat-alat dan bahan berkreasi secara wajar.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat
dengan perkembangan fisik motorik anak. Motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan
syaraf, otot, dan
otak. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan motorik tidak saja mencakup
berjalan, berlari, melompat, naik sepeda roda tiga, dan berbagai aktivitas
koordiasi mata dan tangan, namun juga melibatkan hal-hal seperti : menggambar,
mencoret, mengecat, dan kegiatan lain. Keterampilan motorik berkembang pesat
pada usia ini.
Kemampuan keseimbangan membuat anak
mencoba berbagai kegiatan dengan keyakinan yang besar akan keterampilan yang
dimiliki. Anak amat menyukai berbagai gerakan-gerakan yang membangkitkan
semangat. Untuk itu, mereka tidak butuh duduk berlama-lama. Sehingga yang cocok
pada usia ini permainan yang merangsang kesegaran mereka akan gerakan-gerakan.
Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan
tubuh, seperti: berlari, berjinjit, melompat , bergantung, melempar, menangkap,
dan menjaga keseimbngan. Kegiatan ini diperlukan keterampilan koordinasi
gerakan motorik kasar.
Konsep pengembangan
motorik merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk sikap, kepribadian, dan
kualitas gerak yang perlu dimiliki oleh seorang anak.
2.1.1 Pengertian
Motorik Kasar
Menurut Motorik
kasar pada umumnya gerakan-gerakan yang biasa dilakukan anak, bisa kita lihat
pada saat mereka bermain ( Iskandar, 2006:9). Mereka bermain kesana kemari
dengan berlari, melompat, meloncat atau bermain-main bola. Gerakan-gerakan ini
sangatlah dipengaruhi oleh perkembangan fisik dan psikis anak.
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri ( Episentrum psykology, 2012).
Contohnya : kemampuan duduk, menendang bola, berlari, naik-turun tangga, dsb.
Ada tiga unsur yang
sangat berperan penting dalam motorik ini yaitu: otot, otak, dan syaraf.
Motorik kasar ini merupakan bagian dari aktivitas atau keterampilan dari
otot-otot besar, sehingga dengan bertambahnya usia anak, maka kematangan syaraf
dan otot anak akan berkembang.
a.
Kemampuan
Lokomotor
Gerak lokomotor
merupakan suatu aktivitas atau tindakan memindahkan seluruh tubuh dari satu
tempat ke tempat yang lain ( Iskandar, 2006:9). Gerakan yang termasuk ke dalam
gerakan lokomotor, sebagai berikut:
1)
Melangkah,
merupakan suatu aktivitas dengan memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat
yang lain, yaitu dengan menggerakkan salah satu kaki ke depan, ke belakang, ke
samping, dan serong dengan diikuti kaki yang satunya lagi.
2)
Berjalan,
merupakan suatu aktivitas dengan memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat
yang lain, yaitu dengan melangkahkan kaki secara berulang-ulang dan bergantian.
3)
Berlari,
pada dasarnya gerakan berlari itu sama dengan gerakan berjalan, tetapi dalam
berlari jangkauannya lebih jauh dibandingkan dengan berjalan.
4)
Melompat,
merupakan suatu aktivitas memindahkan tubuh ke depan dengan bertumpu pada salah
satu kaki dan mendarat dengan kedua kaki.
5)
Meloncat,
merupakan suatu aktivitas memindahkan tubuh ke depan atau ke atas dengan
bertumpu pada kedua kaki dan mendarat kedua kaki.
6)
Merangkak,
merupakan suatu aktivitas menggerakkan tubuh dengan bertumpu pada bagian-bagian
tubuh, yaitu telapak tangan, kedua lutut, dan kedua kaki.
7)
Berjingkat,
merupakan suatu aktivitas memindahkan tubuh ke depan dengan cara bertumpu pada
salah satu kaki baik kiri atau kanan dan mendarat pada kaki yang sama.
b.
Kemampuan
Non Lokomotor
Gerakan non
lokomotor merupakan suatu aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh tubuh
dengan tidak memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain ( Iskandar,
2006:11).
Yang termasuk gerakan
non lokomotor adalah sebagai berikut:1) Memutar tubuh dan bagian-bagian tubuh,
2) Gerakan memutar kepala, 3) Gerakan memutarkan kedua lengan, 4) Gerakan
memutarkan pinggang, 5) Gerakan memutarkan kedua lutut, 6) Memutarkan pergelangan kaki, 7) Memutarkan
pergelangan tangan, 8) Menekukkan tubuh atau bagian tubuh gerakan bangun tidur, gerakan duduk cium
lutut, sikap jembatan, dan telungkup dan tarik dada keatas, 9) Latihan
keseimbangan ( sikap lilin dan kesimbangan seluruh tubuh).
c.
Kemampuan
Manipulatif
Gerak manipulatif
merupakan suatu aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh tubuh dengan
bantuan alat ( Iskandar, 2006:11), seperti dibawah ini:1) Melempar dengan bola,
2) Menangkap bola, 3) Menendang bol, 4) Memantulakan bola
Tujuan perkembangan
motorik kasar pada anak pra sekolah, sebagai berikut: 1) Mampu mengembangkan
kemampuan motorik kasar, 2)Mampu menanamkan nilai-nilai sportifitas dan
disiplin, 3) Mampu meningkatkan kesegaran jasmani, 4) Mampu memperkenalkan
sejak dini hidup sehat.
Fungsi pengembangan
motorik kasar pada anak usia pra sekolah, sebagai berikut: 1) Alat pemacu
pertumbuhan dan pengembangan jasmani, rohani dan kesehatan, 2) Alat untuk membentuk dan membangun serta
memperkuat tubuh, 3) Melatih keterampilan dan ketangkasan gerak, juga daya
berfikir, 4) Alat untuk meningkatkan
perkembangan emosional, 5) Alat untuk meningkatkan perkembangan sosial, 6) Menumbuhkan
perasaan senang dan memahami manfaat kesehatan pribadi.
Prinsip
pengembangan motorik kasar pada anak usia pra sekolah, sebagai berikut: 1) Dapat
mengembangkan kemampuan motorik kasar sesuai dengan kemampuan anak, 2) Mampu
meningkatkan kesegaran jasmani yang sesuai dengan kemampuan anak, 3) Dapat
memperkenalkan gerakan-gerakan melalui irama musik yang disesuaikannya
diberikan dalam situasi yang menarik dan menyenangkan.
2.1.2 Pengertian Motorik Halus
Aktivitas atau
keterampilan dalam motorik kasar membutuhkan pengorganisasian dari otot-otot
besar disertai pengerahan tenaga yang banyak. Sebaliknya dalam keterampilan
motorik halus, yang dipergunakan adalah sekelompok otot-otot kecil, seperti
jari-jari, tangan, lengan, dan sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi
mata dan tangan.
Menurut Iskandar (2006:13),
motorik
halus adalah gerakan yang mempengaruhi otot halus atau sebagian anggota tubuh
tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Contohnya
: mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, menulis, merangkak,
melukis , berjinjit.
Kemampuan motorik halus anak bertujuan
yang diantaranya dapat meningkatkan kelenturan jari tangan anak sehingga anak
bisa berkembang dengan optimal.
Aktivitas-aktivitas untuk mengembangkan kemampuan
motorik halus anak ( Hamdan,2010:03), diantaranya :
1.
permukaan
vertikal
Melalui latihan pada permukaan vertikal akan membantu
mengembangkan otot-otot kecil pada tangan dan pergelangan, sekaligus otot-otot
yang lebih besar (motorik kasar) pada lengan dan punggung. Otot-otot yang besar
diperlukan untuk membantu kestabilan
sementara melakukan tugas motorik halus.
Menggambar dan mewarnai pada papan tulis atau sepotong kertas
yang paling mudah untuk menggunakan permukaan vertikal.
2.
Merobek
dan Meremas
Melalui latihan merobek dan meremas kertas dapat membantu
mengembangkan otot halus pada tangan, yang juga digunakan untuk menulis.
3.
Menggambar
dan Mewarnai
Sering kali terjadi pada anak-anak diminta untuk
menggunakan pensil, krayon, dan marker padahal tangan mereka belum siap
menggunakan alat-alat tulis tersebut. Agar anak-anak bersemangat belajar
memegang alat-alat tulis yang bisa membantu perkembangan kemampuan motorik halus. Misalnya
crayon yang pendek tidak lebih dari 5 cm panjangnya, akan membuat anak
menggunakan keterampilan tangannya dari pada seluruh tangannya.
Pengembangan motorik
halus ini, anak-anak diberi kesempatan atau mencoba untuk melakukan berbagai
motorik yang disesuaikan kemampuan masing-masing anak. Gerakan motorik halus
bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.
Gerakan
menggambar bentuk, contohnya: membuat garis datar, tegak, miring, dan silang
kemudian dilanjutkan dengan membuat bentuk segitiga, segiempat, lingkaran, dan
bujursangkar.
2.
Gerakan
menulis huruf, contohnya: menulis dengan huruf-huruf yang bentuknya mudah
dicontoh oleh anak, misalnya: huruf A, I, E, H, L, O,P.
3.
Gerakan
yang bertujuan agar terampil menggunakan beragai alat, contohnya: meronce
sedotan plastik menjadi kalung, melipat kertas dengan lipatan tegak dan
menyilang, menggunting.
Kemampuan yang
mesti melekat pada anak TK pada pengembangan motorik halus yang harus diketahui
adalah:
a.
Memainkan
atau memanifulasi adonan
b.
Memasukan
benda pada benang atau meronce
c.
Memotong
Pengembangan
motorik halus pada anak pra sekolah menurut Iskandar Beny (2005: 14) sebagai
berikut:
1)
Mampu mengembangkan
kemampuan motorik halus anak yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua
tangan
2)
Mampu
memperkenalkan gerakan jari seperti: menulis, menggambar, dan memanipulasi
benda-benda dengan jari-jemari sehingga anak menjadi terampil dan matang
3)
Mampu mengkoordinasi
kecepatan atau kecekatan tangan dengan gerakan mata
4)
Penguasaan emosi
Fungsi
pengembangan motorik halus anak pada anak pra sekolah, sebagai berikut: 1) Alat
untuk mengembangkan kemampuan motorik halus
yang berhubungan dengan keteramplan gerak kedua tangan, 2) Alat untuk
meningkatkan gerakan jari seperti: menulis, menggambar, dan memanipulasi
benda-benda dengan jari-jemari sehingga anak menjadi terampil dan matang, 3) Alat untuk melatih mengkoordinasikan
kecepatan atau kecekatan tangan dengan gerakan mata, 4) Alat untuk melatih
penguasaan emosi.
Prinsip
pengembangan motorik halus pada usia anak pra sekolah, sebagai berikut: 1) Dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus yang sesuai kemampuan anak, 2) Dapat
meningkatkan gerakan jari, 3) Dapat mengkoordinasikan kecepatan atau kecekatan
tangan dengan gerakan mata dengan taraf kemampuan
anak, 4) Dapat melatih penguasaan emosi yang sesuai dengan anak TK, 5) Kegiatan
yang harus bervariasi, 6) Melalui bimbingan dan pengawasan
Evaluasi merupakan
suatu usaha yang dilakukan secara sistematis oleh pendidik dalam rangka
mendapatkan informasi tentang kemajuan belajar anak, yang dilakukan dala satu
kesatuan waktu tertentu dan terus menerus ( Iskandar, 2006:31). Sedangkan evaluasi
motorik pada anak pra sekolah adalah suatu cara menemukan bagaimana proses
pembelajaran dapat memberikan tanda-tanda pencapaian kemampuan dan tahapan pada
anak.
Secara lebih
khusus, evaluasi pengembangang motorik pada anak pada usia pra sekolah lebih
menitik beratkan pada pemberian makna dari hasil yang telah oleh anak didik,
akan tetapi makna yang diberikan tidak dalam bentuk kuantitatif, sebab akan
memberikan dampak psikologis yang bisa membuat anak menjadi tidak menyukai
materi pelajaran yang diberikan.
Tujuan dan maksud evaluasi pengembangan motorik pada anak
usia pra sekolah, ( Iskandar, 2006:32) sebagai berikut yaitu :
a.
Mengetahui
Perkembangan Anak
Perkembangan yang terjadi pada anak-anak harus dipantau,
baik yang menyangkut aspek perkembangan intelektual, bahasa, motorik kasar dan
halus, sosial, emosi, agama dan seni.
b.
Melakukan
diagnosa kesulitan belajar anak
Evaluasi dapat dilakukan untuk mengetahui kesulitan yang
dialami anak. Kemampuan anak yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda dalam
menguasai suatu pelajaran. Ada anak yang cepat menguasai pelajaran namun ada
juga yang lambat atau kesulitan. Bagi anak yang mengalami kesulitan dalam menguasai pelajaran harus segera dideteksi,
pada bagian mana ia mengalami kesulitan.
c.
Melakukan
Perencanaan
Pada suatu saat
pembimbing harus merencanakan dan mengelompokan anak pada kelompok pembinaan
tertentu. Perencanaan dan pengelompokkan ini harus dilakukan dengan tepat,
sebab kalau tidak tepat bisa menimbulkan kesulitan-kesulitan bagi anak.
d.
Pertanggungjawaban
Sebagai pendidik yang berprofesional anda harus pertanggungjawaban
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Salah satu bentuk pertanggungjawaban
itu adalah menulis laporan perkembangan anak pada orang tua. Untuk mebuat
laporan itu diperlukan informasi yang akurat tentang perkembangan anak dari
berbagai aspek.
Prinsip-prinsip
penilaian ( Iskandar, 2006:33), diantaranya sebagai berikut :
a.
Menyeluruh
Prinsip menyeluruh adalah penilaian yang dilakukan
terhadap proses maupun hasil kegiatan anak dan juga menyangkut keseluruhan
aspek perkembangan.
b.
Berkesinambungan
Prinsip ini mengisyaratkan bahwa penilaian yang dilakukan
harus terencana, bertahap dan terus menerus. Hal ini dilakukan agar informasi
yang diperoleh betul-betul berasal dari gambaran perkembangan belajar anak
didik dan hasil dari kegiatan pembelajaran motorik.
c.
Berorientasi
pada tujuan
Kegiatan evaluasi hendahnya dilakukan dengan merumuskan
tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian pendidik dapat mengetahui tingkat
penguasaan perkembangan anak sesuai dengan tujuan yang diharapkan melalui
kegiatan pembelajaran yang telah diberikan.
d.
Objektif
Prinsip utama yang harus dipatuhi dalam penilaian adalah
obyektif artinya penilaian dilakukan baik proses maupun hasil harus sesuai
dengan kemampuan anak-anak.
e.
Mendidik
Evaluasi tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau
kekurangan anak, tetapi justru anak mengetahui keberhasilan dan perkembangan
yang telah dicapai anak.
2.2
Metode Pembelajaran Anak Usia Dini
Metode merupakan pedoman di dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran ( Iskandar, 2006:18). Metode pembelajaran
yang baik bukan hanya mengembangkan aspek kognitif atau akademik saja, tetapi
juga harus mampu membentuk manusia utuh yang cakap dalam menghadapi dunia yang penuh tantangan dan
cepat berubah, serta mempunyai kesadaran spiritual bahwa dirinya adalah bagian
dari keseluruhan (Megawangi, Latifah, Dina, 2004).
Tujuan program kegiatan belajar adalah membantu meletakkan dasar ke arah
perkembangan sikap, pengetahuan keterampilan, dan daya cipta anak didik untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya.
Sedangkan ruang lingkup program kegiatan
belajar anak meliputi pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam
pengembangan moral pancasila, agama, disiplin, perasaan atau emosi, dan kemampuan bermasyarakat,
serta pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru
meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta,
keterampilan, dan jasmani. Untuk mencapai tujuan itu, perlu digunakan metode
pengajaran yang sesuai bagi pendidikan anak TK.
Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai
metode pengajaran atau pembelajaran agar apa yang direncanakan guru dapat membantu anak menguasai dasar kemampuan anak. Dari
ketujuh metode itu biasa digunakan dalam pengjaran di Taman Kanak-Kanak, maka
dalam hal ini peneliti mengambil metode pemberian tugas bagi anak.
2.2.1 Pengertian
Metode Pemberian Tugas
Dalam metode
yang peneliti mengambil dengan menggunakan metode Pemberian tugas. Metode pemberian tugas adalah kegiatan belajar mengajar dengan memberikan
kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang lebih disiapkan oleh guru
( Iskandar, 2006:19).
Moeslichatoen (2004:10), Metode pemberian
tugas adalah tugas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada anak Taman
kanak-kanak yang harus dilaksanakan dengan baik. Tugas itu diberikan kepada
anak Taman kanak-kanak (TK) untuk memberikan kesempatan kepada mereka untuk
meyelesaikan tugas yang didasarkan pada petunjuk langsung dari guru yang sudah
dipersiapkan sehingga anak dapat menjalani secara nyata dan melaksanakan dari
awal sampai tuntas. Tugas yang diberikan kepada anak dapat diberikan secara
perseorangan atau kelompok” (kurikulum tk, 1986: 10).
2.2.2
Tujuan Metode Pemberian Tugas
1. Untuk
mengembangkan kreativitas anak
2. Untuk
menumbuhkan kesadaran pada diri anak bahwa apa yang dilakukan itu untuk diri
sendiri.
3. Dapat
meningkatkan cara belajar anak menjadi lebih baik
2.2.3
Manfaat Metode Pemberian Tugas
1. Dapat
semakin terampil mengerjakan
2. Dapat
menanamkan kebiasaan dan sikap belajar yang positif
3.
Dapat memotivasi anak untuk belajar
sendiri
4.
Dapat memperoleh pematangan penguasaan
5. Dapat
memperbaiki kesalahan cara belajar
2.2.4
Rencana Kegiatan Pemberian Tugas
Dalam persiapan guru untuk merancang
kegiatan pemberian tugas adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan
tujuan dan tema yang akan dipilih
2. Menetapkan
rancangan bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan pemberian tugas
3. Menetapkan
rancangan langkah-langkah kegiatan pemberian tugas
4. Menetapkan
rancangan penilaian kegiatan pemberian tugas
2.2.5
Melaksanakan Pengajaran dengan Metode Pemberian Tugas
1. Kegiatan
Pra-Pengembangan
Kegiatan pra-pengembangan adalah
persiapan yang harus dilakukan guru sebelum kegiatan pemberian tugas.
2. Kegiatan
Pengembangan
Dalam kegiatan pengembangan memberi
tugas kepada anak, guru memberikan pemanasan dengan cara mengemukakan kepada
anak bahwa guru akan membagikan kepada masing-masing sebuah buku yang berisi
gambar yang bagus.
3. Kegiatan
Penutup
Setelah kegiatan pemberian tugas
dilaksanakan sesuai dengan tujuan kegiatan pemberian tugas yang ingin dicapai,
guru dapat menutup kegiatan ini dengan strategi untuk menarik perhatian dan
membangkitkan minat anak serta menantang pengembangan kreativitas anak.
2.2.6
Penilaian Kegiatan
Pemberian Tugas
1. Dilaksanakan
pada waktu kegiatan pembelajaran dan setelah selesai pembelajaran.
2. Sehingga
guru mengetahui berapa peran anak yang dapat menyelesaikan tugas dengan benar.
3. Membuat
akhir keputusan pengajaran, apakah kegiatan pembelajaran tugas itu sangat
lancar, lancar, dan kurang lancar atau sangat berhasil, berhasil, dan kurang
berhasil.
2.3
Media
Pembelajaran Anak Usia Dini
2.3.1 Pengertian
Media Pemebelajaran
Menurut Asrori
(2012:12), media berasal dari bahasa
latin “medium” yang berarti perantara. Media juga disebut sebagai alat peraga,
audio visual, intruksional material atau sekarang ini media lebih dikenal
dengan media pembelajran atau media intruksional.
Menurut Hamalik
(2012:17), media adalah alat, metode
teknik yang diperggunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi anatara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar pendidikan dan
pengajaran di sekkolah.
Media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan (Arif S, Sadiman, dkk, 1986 : 6). Sedangkan
menurut Anderson, media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terwujudnya
hubungan langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para
siswa.
Media pembelajaran memiliki peranan yang
cukup besar, rasa ingin tahu anak, rasa ingin memahami dan berhasil yang ada
dalam diri anak dapat dimunculkan apabila guru menggunakan media pembelajaran
dalam penyajian ajaran.
Media pengajaran adalah merupakan
alat yang berfungsi sebagai perantara atau penyampai isi berupa informasi
pengetahuan berupa visual dan verbal untuk keperluan pengajaran ( Syafiruddin, 2010: 5).
2.3.2
Tujuan Media Pembelajaran
Menurut Achsin (1986:17-18) menyatakan
bahwa tujuan penggunaan media pengajaran sebagai berikut ;
1. Agar
proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat
guna dan berdaya guna.
2. Untuk
mempermudah bagi guru dalam penyampaian informasi materi kepada anak didik.
3. Untuk
mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta memahami materi
yang telah disampaikan oleh guru.
4. Untuk
dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam
tentang materi atau pesan yang akan disampaikan oleh guru.
5. Untuk
menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara anak didik yang satu
dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh guru.
Menurut Supadi
(1983:25), fungsi media pengajaran dari ensiklopedia penelitian pendidikan
sebagai berikut :
1.
Memperbesar
perhatian siswa
2.
Meletakkan
dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar
3.
Memberikan
pengalaman yang nyata yang dapat menimbulkan kegiatan berusaha sendiri
dikalangan siswa
4.
Membantu
tubuhnya pengertian dan kemampuan berbahasa
5.
Memberikan
pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta
keragaman dalam belajar
2.3.3
Manfaat
Media Pembelajaran
Manfaat
media pembelajaran diantaranya sebagai berikut :
1.
Dapat
menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang
disajikan pendidikan
2.
Dapat
mengatasi perbedaan pengalaman belajar anak didik berdasarkan latar belakang
sosial ekonomi
3.
Dapat
membantu anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh
dengan cara lain
Dalam hal ini peneliti mengambil media
atau teknik pengajaran di TK ini menggunakan teknik merobek.
2.3.4
Pengertian
Merobek
Menurut Wang
Jiang (2011:5), merobek kertas merupakan seni yang sangat mudah, namun itu
diperlukan latihan untuk membuat gambar subjek yang akurat, tanpa menggunakan
garis saat awal merobek kertas.
2.3.5
Tujuan
Merobek
Tujuan merobek
untuk meningkatkan motorik halus ( Forum kompas, 2010: 17) sebagai berikut:
1.
Untuk
melatih motorik halus anak, guru bisa melatih anak untuk merobek-robek kertas
menjadi paling kecil.
2.
Merobek
kertas dapat menjadi aktivitas yang bagus untuk anak.
3.
Untuk
menstimulasi kemampuan motorik halus.
2.3.6 Manfaat
Merobek
Manfaat teknik
merobek untuk meningkatkan kemampuan motorik halus ( pondok ibu, 2011: 24)
diantaranya sebagai berikut:
1. Pemahaman
bahwa kertas dapat berubah bentuk bila dirobek
2. ketrampilan
mendengar dengan tujuan tertentu (mendengarkan kertas robek)
3. Pemahaman
bagaimana membersihkan tempat yang berantakan (dengan meletakkan kertas
dikantong)
4. Keyakinan
diri dan kemandirian.
BAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian
“Penelitian
Tindakan Kelas adalah untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan atau cara
pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung” . Metede penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau classroom
Action Research (PTK).
Menurut Wiriaatmadja
(2005 : 11), Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan
prosedur penelitian dengan tindakan subtansif, suatu tindakan yang dilakukan
dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami sesuatu yang
sedang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru kelasnya tempat ia mengajar dengan dengan penekanan
pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.
Menurut Arikunto (2010 : 58), bahwa “Penelitian
Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pemebelajaran di kelasnya”.
3.1.1 Tujuan Penelitian Tindakan kelas
(PTK).
Tujuan utama
Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
bukan untuk menghasilkan pengetahuan. Tujuan penelitian kindakan kelas adalah
memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara
berkesinambungan, sehingga meningkatkan suatu hasil intruksional, mengembangkan
keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan efisiensi pengelolaan
intruksional serta menumbuhkan budaya penelitian pada komunitas guru.
Penelitian tindakan
kelas memiliki manfaat yang sangat penting bagi perkembangan profesionalisme
guru. Guru yang profesional tentu tidak akan melakukan perubahan-perubahan
dalam proses pembelajaran itu tetap relevan, walaupun model yang diterapkannya
sekarang sudah dirasakan memuaskan oleh sebagian besar.
3.1.2 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Manfaat
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru sangat banyak sekali diantaranya
adalah membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran , meningkatkan
profesionalitas guru, meningkatkan rasa percaya diri guru, memungkinkan guru
secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
Menurut Sukardi
(2003:214), siklus penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar Classroom Action Research dikemukakan oleh
model Kemmis-Mc, Taggart dikembangakan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc
Taggart (1988), mereka menggunakan empat komponen penelitian tindakan
(perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) diantaranya sebagai berikut:
PERENCANAAN
|
SIKLUS 1
|
REFLEKSI
|
PELAKSANAAN TINDAKAN
|
PENGAMATAN
|
REFLEKSI
|
SIKLUS II
|
PERENCANAAN
|
PENGAMATAN
|
PELAKSANAAN TINDAKAN
|
PENGAMATAN
|
REFLEKSI
|
KESIMPULAN
|
PELAKSANAAN TINDAKAN
|
SIKLUS III
|
PERENCANAAN
|
Gambar 3.1
Diagram Alur Desain PTK Model Kemmis MC Taggart
( Wiriaatmadja, 2006:66 )
3.2
Prosedur
Penelitian
3.2.1
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilaksanakan dengan
3 siklus, yaitu setiap siklus pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan
prosedur sebagai berikut :
3.2.2
Tahap Pelaksanaan Siklus
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Pada tahap ini
peneliti bersama observer pendamping (secara kolaboratif) merumuskan dan
mempersiapkan, rencana jadwal
pelaksanaan tindakan, pelaksanaan pembelajaran, materi atau bahan pelajaran
sesuai dengan pokok bahasan, lembar kerja siswa, lembar penilaian hasil
belajar, instrumen lembar observasi dan analisis data.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan
tindakan ini merupakan pelaksanaan tindakan dari persiapan pembelajaran yang
telah direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam proses
pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti selaku guru dan dibantu oleh seorang
pendamping yang berperan sebagai penilai.
c. Pengamatan
Pada tahap ini
merupakan kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama observer pendamping untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas
proses belajar siswa. Pengamatan tersebut dilakukan untuk mengenali,
mengumpulkan data dari setiap indikator mengenai unjuk kerja siswa dalam proses
belajar mengajar, dan objek pengamatan itu adalah hasil kemampuan merobek dan
menempel sesuai dengan indikator
penilaian yang ditetapkan.
d. Reflaksi
Pada tahap
reflaksi, peneliti menyimpulkan hasil dari tindakan pada setiap akhir
pelaksanaan tindakan. Data yang telah terkumpul kemudian ditindak lanjutin
dengan melakukan analisisa, sehingga hasil dapat diketahui akan hasil dari
pelaksanaan tindakan yang dilakukan.
2.
Siklus
kedua
a. Perencanaan
Pada tahap ini
peneliti bersama observer pendamping (secara kolaboratif) merumuskan dan
mempersiapkan, rencana jadwal pelaksanaan tindakan, pelaksanaan pembelajaran,
materi atau bahan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan, lembar kerja siswa,
lembar penilaian hasil belajar, instrumen lembar observasi dan analisis data.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan
tindakan ini merupakan pelaksanaan tindakan dari persiapan pembelajaran yang
telah direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam proses
pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti selaku guru dan dibantu oleh seorang
pendamping yang berperan sebagai penilai.
c. Pengamatan
Pada tahap ini
merupakan kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama observer pendamping untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas
proses belajar siswa. Pengamatan tersebut dilakukan untuk mengenali,
mengumpulkan data dari setiap indikator mengenai unjuk kerja siswa dalam proses
belajar mengajar, dan objek pengamatan itu adalah hasil kemampuan merobek dan
menempel sesuai dengan indikator penilaian yang ditetapkan.
d. Reflaksi
Pada tahap
reflaksi, peneliti menyimpulkan hasil dari tindakan pada setiap akhir
pelaksanaan tindakan. Data yang telah terkumpul kemudian ditindak lanjutin
dengan melakukan analisisa, sehingga hasil dapat diketahui akan hasil dari
pelaksanaan tindakan yang dilakukan.
3.
Siklus
Ketiga
a. Perencanaan
Pada tahap ini
peneliti bersama observer pendamping (secara kolaboratif) merumuskan dan
mempersiapkan, rencana jadwal pelaksanaan tindakan, pelaksanaan pembelajaran,
materi atau bahan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan, lembar kerja siswa,
lembar penilaian hasil belajar, instrumen lembar observasi dan analisis data.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan
tindakan ini merupakan pelaksanaan tindakan dari persiapan pembelajaran yang
telah direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam proses
pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti selaku guru dan dibantu oleh seorang
pendamping yang berperan sebagai penilai.
c. Pengamatan
Pada tahap ini
merupakan kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama observer pendamping untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas
proses belajar siswa. Pengamatan tersebut dilakukan untuk mengenali,
mengumpulkan data dari setiap indikator mengenai unjuk kerja siswa dalam proses
belajar mengajar, dan objek pengamatan itu adalah hasil kemampuan merobek dan
menempel sesuai dengan indikator penilaian yang ditetapkan.
d. Reflaksi
Pada tahap
reflaksi, peneliti menyimpulkan hasil dari tindakan pada setiap akhir
pelaksanaan tindakan. Data yang telah terkumpul kemudian ditindak lanjutin
dengan melakukan analisisa, sehingga hasil dapat diketahui akan hasil dari
pelaksanaan tindakan yang dilakukan.
3.3 Teknik
Pengumpulan Data
Suatu penelitian memerlukan data atau
informasi yang akan berguna untuk bahan pemecahan masalah yang ditemukan dalam
penelitian tersebut. Untuk itu diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat
agar penelitian mencapai tujuan yang akan diinginkan.
Adapun teknik yang akan dipergunakan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu :
1. Observasi.
Merupakan teknik pengumpulan data yang
digunakan untuk mencari dan memperoleh data tentang kondisi objektif lokasi
penelitian yang meliputi kondisi siswa, kondisi suasana belajar mengajar serta
kondisi bangunan dengan cara mengadakan tinjauan langsung ke lokasi.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1983 : 111), bahwa observasi itu meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh
alat indera. Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah
pengalaman langsung.
2. Tes
Kemampuan.
Teknik digunakan untuk memperoleh data
tentang kemampuan anak secara perorangan dalam penerapan teknik merobek untuk meningkatkan motorik halus anak.
3.4
Teknik
Pengolahan Data
Dalam penelitian ini pengolahan data
dilakukan dengan teknik analisis deskriptif. Dari subjek penelitian sebanyak 15 orang yang dilakukan penelitian atau
observasi. Terlebih dahulu dilakukan kegiatan untuk mengetahui kemampuan awal
pada anak. Kemudian dituangkan ke dalam formal observasi sesuai dengan aspek
yang diteliti dengan kriteria sebagai berikut :
1. Pencapaian
teknik merobek dan menempel
pada anak didik cenderung menonjol positif Berkembang Sesuai Harapan (BSH) pada anak yang mampu motorik halusnya diberi
tanda bintang tiga.
2. Pencapaian
teknik merobek dan menempel
pada anak didik yang Mulai
Berkembang (MB) mampu pada kemampuan
motorik halusnya diberi tanda bintang dua.
3. Pencapain teknik merobek dan menempel pada anak didik yang
belum berkembang (BB) dalam hal motorik halusnya diberi tanda bintang satu.
4.
X
= ( N : S ) x 100%.
|
Rumus :
Keterangan : X adalah persentase hasil anak yang ingin
diketahui.
N adalah kemampuan anak.
S adalah jumlah anak
3.5
Instrumen
Penelitian
Dalam intrumen penelitian ini, diantaranya sebagai
berikut:
3.5.1
Silabus
Silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber atau
alat belajar.
3.5.2
RPP
Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan oleh silabus.
3.5.3
Kisi-kisi
Instrumen Penelitian
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Untuk mempermudah pengumpulan data,
peneliti menggunakan instrumen
penelitian seperti dibawah ini:
Variabel
|
Indikator
|
Butir Item
|
Teknik Penggumpulan Data
|
Nomor Item
|
Jumlah Item
|
Kemampuan merobek kertas
|
Membuat gambar dengan teknik
merobek dengan media kertas.
|
1.
Anak dapat
merobek kertas secara acak.
2.
Anak dapat
merobek kertas menurut garis lurus.
3.
Anak dapat
merobek kertas menurut lengkung.
4.
Anak dapat
merobek kertas menurut garis miring.
5.
Anak dapat
merobek kertas menurut ukuran besar.
6.
Anak dapat
merobek ketas menurut ukuran kecil.
7.
Anak dapat
merobek kertas menurut ukuran sedang.
|
Test
Test
Test
Test
Test
Test
Test
|
1,2,3,4,5,6,7.
|
7
|
Kemampuan menempel kertas
pada gambar.
|
Membuat gambar dengan teknik kolase dengan media kertas
|
8.
Anak dapat
menempel kertas menurut pola segitiga.
9.
Anak dapat
menempel kertas menurut pola lingkaran.
10.
Anak dapat menempel
kertas menurut pola segi empat.
11.
Anak dapat
menempel kertas pada gambar yang telah disediakan guru.
|
Test
Test
Test
Test
|
8,9,10,11.
|
4
|
3.5.4
Pedoman
Tes
Kemampuan Merobek
Lembar ini berupa aspek-aspek anak yang
dinilai oleh guru dalam penerapan teknik merobek untuk meningkatkan motorik halus anak selama proses
pembelajaran berlangsung. Adapun aspek yang dinilai ( Permen 58, 2009:13), sebagai berikut
:
TABEL 3.2
Pedoman Tes
Kemampuan Motorik Halus
Nama anak yang diamati : Usia
:
Pengamat : Tanggal
:
NO
|
Pernyataan
|
Hasil Pengamatan
|
||
BB
|
MB
|
BSH
|
||
1.
|
Anak dapat merobek kertas secara acak.
|
|
|
|
2.
|
Anak dapat merobek kertas menurut garis lurus
|
|
|
|
3.
|
Anak dapat merobek kertas menurut garis lengkung.
|
|
|
|
4.
|
Anak dapat merobek kertas menurut garis miring.
|
|
|
|
5.
|
Anak dapat merobek kertas menurut ukuran besar.
|
|
|
|
6.
|
Anak dapat merobek kertas menurut ukuran kecil.
|
|
|
|
7.
|
Anak dapat merobek kertas menurut ukuran sedang.
|
|
|
|
8.
|
Anak dapat menempel kertas menurut pola segitiga.
|
|
|
|
9.
|
Anak dapat menempel kertas sesuai menurut pola lingkaran.
|
|
|
|
10.
|
Anak dapat menempel kertas sesuai pola segi empat.
|
|
|
|
11.
|
Anak dapat menempel kertas pada gambar yang disediakan
guru.
|
|
|
|
Keterangan : BB : Belum Berkembang (skor 1)
MB
: Mulai berkembang (skor 2)
BSH : Berkembang Sesuai Harapan (skor 3)
3.6
Ruang Lingkup Penelitian
3.6.1
Variabel
Penelitian
Variabel yang
diteliti dibedakan kedalam dua katagori, yaitu variabel bebas (x) atau variabel
berpengaruh dan tidak bebas (y).
3.6.2
Subjek
Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelompok B di PAUD
Nuurul Iman yang berjumlah 15
orang
terdiri dari 8
anak laki-laki dan 7
anak perempuan.
3.6.3
Lokasi
Penelitian
Lokasi tempat penelitian dilaksanakan adalah di PAUD
Nuurul Iman Dusun Gudang, Desa Gudang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Agar
penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan maka penulis membatasi ruang
lingkup penelitian, yaitu di PAUD Nuurul Iman, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten
Sumedang, Propinsi Jawa Barat.
3.6.4
Waktu
Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama satu bulan di Paud
Nuurul Iman.
BAB
IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Kondisi Awal
Paud Nuurul
Iman berdiri pada Tahun 2009, Paud Nuurul Iman memiliki satu ruangan Kepala Sekolah,
tiga ruangan kelas (kelas bulan, kelas bintang, dan kelas matahari), satu
perpustakaan, satu ruangan mushola, dan satu
ruangan bimbingan belajar.
Pada tahun
2011-2012 jumlah siswa adalah sebanyak 50 anak kelas bulan 15 anak, dan kelas
bintang 15 anak, dan kelas matahari 20 anak. Sedangkan daftar anak sebagai
objek penelitian kelompok B atau kelas bintang dinyatakan dalam tabel berikut
ini.
Tabel 4.1
Daftar Anak Siswa
NO
|
NAMA SISWA
|
KETERANGAN
|
1.
|
Andita
|
P
|
2.
|
Apip
|
L
|
3.
|
Anisa
|
P
|
4.
|
Dea y
|
P
|
5.
|
Denova
|
L
|
6.
|
Dimas
|
L
|
7.
|
Farrel
|
L
|
8.
|
M.Yusuf
|
L
|
9.
|
Nurul
|
P
|
10.
|
Rahayu
|
P
|
11.
|
Reihan
|
L
|
12.
|
Rifky
|
L
|
13.
|
Sri Hanifah
|
P
|
14.
|
Witri
|
P
|
15.
|
Zidan
|
L
|
4.2
Deskripsi
Siklus I
1.
Perencanaan
Tindakan
Tiap siklus dilaksanakan dengan satu tindakan sesuai
dengan perbaikan yang ingin dicapai selama pembelajaran. Sebelum melaksanakan
metode pembelajaran ini, seorang guru harus memiliki persiapan dan perencanaan
yang cukup. Tanpa persiapan dan perencanaan, maka sulit bagi guru untuk
melaksankannya.
Kegiatan persiapan
dan perencanaan itu diantranya:
a.
Guru
mempersiapkan RKH (Rencana Kegiatan Harian), termasuk memprsiapkan materi yang
akan dilakukan dalam proses pembelajaran cara menyampaikan dan menentukan
tujuan yang diharapkan setelah proses pembelajaran.
b.
Menentukan
aspek-aspek perilaku anak yang akan diobservasi.
c.
Menentukan
cara refleksi.
d.
Menetapkan
kriteria keberhasilan dalam pemecahan masalah.
e.
Guru
mempersiapkan alat peraga yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
f.
Guru
mempersiapkan LKS yang harus diisi anak.
2.
Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
tindakan ini merupakan pelaksanaan tindakan dari persiapan pembelajaran yang
telah direncanakan sebelumnya. Pada umumnya pelaksanaan proses belajar mengajar
di dalam kelas terbagi ke dalam tiga bagian kegiatan guru dan siswa, yaitu
sebegai berikut:
a.
Pendahuluan:
1). Mempersiapkan
kondisi ke dalam kondisi pembelajaran kegiatan belajar mengajar.
2). Mencatat kehadiran siswa.
Apersepsi
: siswa diingatkan kembali tentang materi pada pertemuan sebelumnya dengan tanya
jawab.
Motivasi
: guru meminta siswa untuk menjelaskan sesuatu yang hubungannya dengan materi.
b.
Langkah
utama : pembahasan materi dengan menggunakan metode pemberian tugas.
c.
Langkah
penutup guru penilaian pada siswa.
3.
Hasil
Pengamatan
Menurut catatan observer, dalam siklus ke 1 ini ternyata anak
masih banyak kekurangan dan tentunya ada beberapa hal yang sudah bagus dan perlu
dipertahankan, mungkin banyak faktor yang menyebabkan dalam hal tersbut terjadi
seperti belum terbiasa menggunakan metode pemberian tugas dengan alat peraga lembar
kerja siswa adapun data tentang aktivitas kegiatan belajar mengajar guru.
Guru memulai pembelajaran
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran kegiatan belajar mengajar pada siswa
waktu kegiatan berlangsung. Guru memberikan penjelasan materi kepada siswa, berdasarkan
hasil pengamatan observasi sudah baik, ini menunjukan guru menguasai materi pembelajaran
yang sudah disampaikan kepada anak.
Guru mengamati kegiatan
siswa sudah baik, artinya guru mengamati seluruh aktivitas anak. Guru memberikan
bimbingan sudah baik, ini menandakan bahwa guru selalu menyediakan waktu untuk
anak-anak yang belum mampu dalam pembelajaran.
Data kemampuan
merobek dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan hasil
pengamatan guru masih banyak ada anak yang ditemukan dilapangan dalam pembelajaran
merobek dan menempel kertas pada gambar dengan menggunakan media kertas pada anak
melalui metode pemberian tugas.
Dari hasil data
temuan yang terjadi ketika pelaksanaan siklus 1 berlangsung adalah ketika guru
sedang menerangkan cara-cara merobek dan menempel kertas masih ada anak yang
tidak konsentrasi.
Beberapa temuan dari
hasil belajar anak dalam hal pembelajaran merobek dan menempel kertas pada
gambar dengan menggunakan media kertas, sebagai berikut:
1.
Anak
dapat merobek kertas secara acak.
Terdapat 15 orang anak,
ternyata baru 8 orang anak yang belum berkembang, 4 orang anak yang mulai
berkembang, dan 3 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
2.
Anak
dapat merobek kertas menurut garis lurus.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 7 orang anak yang belum berkembang, 4 orang anak
yang mulai berkembang, dan 4 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
3.
Anak
dapat merobek kertas menurut garis lengkung.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 9 orang anak yang belum berkembang, 4 orang anak
yang mulai berkembang, dan 2 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
4.
Anak
dapat merobek kertas menurut garis miring.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 9 orang anak yang belum berkembang, 5 orang anak
yang mulai berkembang, dan 1 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
5.
Anak
dapat merobek kertas menurut ukuran besar.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 8 orang anak yang belum berkembang, 4 orang anak
yang mulai berkembang, dan 3 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
6.
Anak
dapat merobek kertas menurut ukuran kecil.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 7 orang anak yang belum berkembang, 6 orang anak
yang mulai berkembang, dan 2 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
7.
Anak
dapat merobek kertas menurut ukuran sedang.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 9 orang anak yang belum berkembang, 5 orang anak
yang mulai berkembang, dan 1 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
8.
Anak
dapat menempel kertas menurut pola segitiga.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 10 orang anak yang belum berkembang, 4 orang anak
yang mulai berkembang, dan 1 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
9.
Anak
dapat menempel kertas menurut pola lingkaran.
Terdapat 15 orang anak, ternyata baru 10 orang anak yang
belum berkembang, 4 orang anak yang mulai berkembang, dan 1 orang anak yang
berkembang sesuai harapan.
10.Anak dapat
menempel kertas menurut pola segi empat.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 10 orang anak yang belum berkembang, 4 orang anak
yang mulai berkembang, dan 1 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
11. Anak dapat menempelkan kertas pada gambar yang telah
disediakan guru.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 9 orang anak yang belum berkembang, 5 orang anak
yang mulai berkembang, dari 1 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
4.
Refleksi
Setelah selesai melakasanakan
pembelajaran merobek dan menempelkan kertas dengan menggunakan kertas melalui
metode pemberian tugas, peneliti selaku
observer memperoleh temuan yg perlu ditindak lanjuti. Temuan-temuan tersebut
kemudian didiskusikan dan ditingkatkan, ada juga yg harus dijadikan bahan perbaikan
lagi untuk silkus berikutnya.
Temuan pada siklus
ke 1 ini di peroleh gambaran bahwa upaya kemampuan motorik halus melalui metode
pemberian tugas dengan teknik merobek di PAUD Nuurul Iman Tanjungsari, terdapat anak yang Belum Berkembang (6,53%),
anak yang Mulai Berkembang (3,26%), dan anak yang Berkembang Sesuai Harapan
(1,33%).
4.3 Deskripsi Siklus II
1.
Perencanaan
Tindakan
Sebelum melaksanakan metode pembelajaran ini, seorang
guru harus memiliki persiapan dan perencanaan yang cukup. Tanpa persiapan dan
perencanaan, maka sulit bagi guru untuk melaksankannya.
Kegiatan persiapan
dan perencanaan itu diantranya:
a.
Guru
mempersiapkan RKH (Rencana Kegiatan Harian), termasuk memprsiapkan materi yang
akan dilakukan dalam proses pembelajaran cara menyampaikan dan meneatukan
tujuan yang diharapkan setelah proses pembelajaran.
b.
Menentukan
aspek-aspek perilaku anak yang akan diobservasi.
c.
Menentukan
cara refleksi.
d.
Menetapkan
kriteria keberhasilan dalam pemecahan masalah.
e.
Guru
mempersiapkan alat peraga yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
f.
Guru
mempersiapkan LKS yang harus diisi anak.
2.
Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
tindakan ini merupakan pelaksanaan tindakan dari persiapan pembelajaran yang
telah direncanakan sebelumnya. Pada
umumnya pelaksanaan proses belajar mengajar di dalam kelas terbagi ke dalam
tiga bagian kegiatan guru dan siswa, yaitu sebegai berikut:
a.
Pendahuluan:
1).Mempersiapkan
kondisi ke dalam kondisi pembelajaran kegiatan belajar mengajar.
2). Mencatat kehadiran siswa.
Apersepsi
: siswa diingatkan kembali tentang materi pada pertemuan sebelumnya dengan
tanya jawab.
Motivasi
: guru meminta siswa untuk menjelaskan sesuatu yang hubungannya dengan materi.
b.
Langkah
utama : pembahasan materi dengan menggunakan metode pemberian tugas.
c.
Langkah
penutup guru penilaian pada siswa.
3.
Hasil
Pengamatan
Dalam siklus ke II ini ternyata anak sudah ada beberapa
orang anak yang meningkat dalam kemampuan
merobek dan menempel kertas pada gambar dari yang sebelumnya.
Guru memulai pembelajaran
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran kegiatan belajar mengajar pada siswa
waktu kegiatan berlangsung. Guru memberikan penjelasan materi kepada siswa, berdasarkan
hasil pengamatan observasi sudah baik, ini menunjukan guru menguasai materi pembelajaran
yang sudah disampaikan kepada anak.
Guru mengamati kegiatan
siswa sudah baik, artinya guru mengamati seluruh aktivitas anak. Guru memberikan
bimbingan sudah baik, ini menandakan bahwa guru selalu menyediakan waktu untuk
anak-anak yang belum mampu dalam pembelajaran.
Data kemampuan
merobek dapat dilihat pada tabel
berikut:
Berdasarkan hasil
pengamatan guru sudah mulai beberapa anak yang mulai memahami dalam pembelajaran
merobek dan menempel kertas pada gambar dengan menggunakan media kertas pada
anak melalui metode pemberian tugas.
Dari hasil data
temuan yang terjadi ketika pelaksanaan siklus 1I berlangsung adalah ketika guru
sedang menerangkan cara-cara merobek dan menempel kertas sudah hapir mulai
memperhatikan guru.
Beberapa temuan dari
hasil belajar anak dalam hal pembelajaran merobek dan menempel kertas pada
gambar dengan menggunakan media kertas, sebagai berikut:
1.
Anak
dapat merobek kertas secara acak.
Terdapat 15 orang anak,
ternyata baru 2 orang anak yang belum berkembang, 8 orang anak yang mulai
berkembang, dan 5orang anak yang berkembang sesuai harapan.
2.
Anak
dapat merobek kertas menurut garis lurus.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 3 orang anak yang belum berkembang, 8 orang anak
yang mulai berkembang, dan 4 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
3.
Anak
dapat merobek kertas menurut garis lengkung.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 5 orang anak yang belum berkembang, 6 orang anak
yang mulai berkembang, dan 4 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
4.
Anak
dapat merobek kertas menurut garis miring.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 5 orang anak yang belum berkembang, 7 orang anak
yang mulai berkembang, dan 3 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
5.
Anak
dapat merobek kertas menurut ukuran besar.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 4 orang anak yang belum berkembang, 8 orang anak
yang mulai berkembang, dan 3 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
6.
Anak
dapat merobek kertas menurut ukuran kecil.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 6 orang anak yang belum berkembang, 7 orang anak
yang mulai berkembang, dan 2 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
7.
Anak
dapat merobek kertas menurut ukuran sedang.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 3 orang anak yang belum berkembang, 9 orang anak
yang mulai berkembang, dan 3 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
8.
Anak
dapat menempel kertas menurut pola segitiga.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 4 orang anak yang belum berkembang, 8 orang anak
yang mulai berkembang, dan 3 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
9.
Anak
dapat menempel kertas menurut pola lingkaran.
Terdapat 15 orang anak, ternyata baru 4 orang anak yang
belum berkembang, 7 orang anak yang mulai berkembang, dan 4 orang anak yang
berkembang sesuai harapan.
10.Anak dapat
menempel kertas menurut pola segi empat.
Terdapat 15 orang
anak, ternyata baru 3 orang anak yang belum berkembang, 8 orang anak yang mulai
berkembang, dan 4 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
11.Anak dapat
menempelkan kertas pada gambar yang telah disediakan guru.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 4 orang anak yang belum berkembang, 8 orang anak
yang mulai berkembang, dan 3 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
4.
Refleksi
Setelah selesai melakasanakan
pembelajaran merobek dan menempelkan kertas dengan menggunakan kertas melalui
metode pemberian tugas, peneliti selaku
observer memperoleh temuan yg perlu ditindak lanjuti. Temuan-temuan tersebut
kemudian didiskusikan dan ditingkatkan, ada juga yg harus dijadikan bahan perbaikan
lagi untuk silkus berikutnya.
Temuan pada siklus
ke II ini di peroleh gambaran bahwa upaya kemampuan motorik halus melalui
metode pemberian tugas dengan teknik merobek di PAUD Nuurul Iman
Tanjungsari, terdapat anak yang belum
berkembang (2,86%), anak yang mulai berkembang (5,59%), dan anak yang
berkembang sesuai harapan (2,53%).
4.4
Deskripsi Siklus III
1.
Perencanaan
Tindakan
Sebelum melaksanakan metode pembelajaran ini, seorang
guru harus memiliki persiapan dan perencanaan yang cukup. Tanpa persiapan dan
perencanaan, maka sulit bagi guru untuk melaksankannya.
Kegiatan persiapan
dan perencanaan itu diantranya:
a.
Guru
mempersiapkan RKH (Rencana Kegiatan Harian), termasuk memprsiapkan materi yang
akan dilakukan dalam proses pembelajaran cara menyampaikan dan meneatukan
tujuan yang diharapkan setelah proses pembelajaran.
b.
Menentukan
aspek-aspek perilaku anak yang akan diobservasi.
c.
Menentukan
cara refleksi.
d.
Menetapkan
kriteria keberhasilan dalam pemecahan masalah.
e.
Guru
mempersiapkan alat peraga yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
f.
Guru
mempersiapkan LKS yang harus diisi anak.
2.
Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
tindakan ini merupakan pelaksanaan tindakan dari persiapan pembelajaran yang
telah direncanakan sebelumnya. Pada
umumnya pelaksanaan proses belajar mengajar di dalam kelas terbagi ke dalam
tiga bagian kegiatan guru dan siswa, yaitu sebegai berikut:
a.
Pendahuluan:
1). Mempersiapkan
kondisi ke dalam kondisi pembelajaran kegiatan belajar mengajar.
2). Mencatat kehadiran siswa.
Apersepsi
: siswa diingatkan kembali tentang materi pada pertemuan sebelumnya dengan
tanya jawab.
Motivasi
: guru meminta siswa untuk menjelaskan sesuatu yang hubungannya dengan materi.
b.
Langkah
utama : pembahasan materi dengan menggunakan metode pemberian tugas.
c.
Langkah
penutup guru penilaian pada siswa.
3.
Hasil
Pengamatan
Dalam siklus ke III ini ternyata anak sudah
meningkat dalam kemampuan merobek dan
menempel kertas pada gambar dari yang sebelumnya.
Guru memulai pembelajaran
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran kegiatan belajar mengajar pada siswa
waktu kegiatan berlangsung. Guru memberikan penjelasan materi kepada siswa, berdasarkan
hasil pengamatan observasi sudah baik, ini menunjukan guru menguasai materi pembelajaran
yang sudah disampaikan kepada anak.
Guru mengamati kegiatan
siswa sudah baik, artinya guru mengamati seluruh aktivitas anak. Guru memberikan
bimbingan sudah baik, ini menandakan bahwa guru selalu menyediakan waktu untuk
anak-anak yang sudah mampu dalam pembelajaran.
Data kemampuan
menulis dini dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan hasil
pengamatan guru sudah meningkat dalam hal anak memahami dalam pembelajaran
merobek dan menempel kertas pada gambar dengan menggunakan media kertas pada
anak melalui metode pemberian tugas.
Dari hasil data
temuan yang terjadi ketika pelaksanaan siklus III berlangsung adalah ketika
guru sedang menerangkan cara-cara merobek dan menempel kertas sudah
memperhatikan guru.
Beberapa temuan dari
hasil belajar anak dalam hal pembelajaran merobek dan menempel kertas pada
gambar dengan menggunakan media kertas, sebagai berikut:
1.
Anak
dapat merobek kertas secara acak.
Terdapat 15 orang anak,
ternyata baru 0 orang anak yang belum berkembang, 1 orang anak yang
mulai berkembang, dan 14 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
2.
Anak
dapat merobek kertas menurut garis lurus.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 2 orang anak yang belum berkembang, 1 orang anak
yang mulai berkembang, dan 12 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
3.
Anak
dapat merobek kertas menurut garis lengkung.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 1 orang anak yang belum berkembang, 6 orang anak
yang mulai berkembang, dan 8 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
4.
Anak
dapat merobek kertas menurut garis miring.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 1 orang anak yang belum berkembang, 5 orang anak
yang mulai berkembang, dan 9 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
5.
Anak
dapat merobek kertas menurut ukuran besar.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 0 orang anak yang belum berkembang, 7 orang anak
yang mulai berkembang, dan 8 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
6.
Anak
dapat merobek kertas menurut ukuran kecil.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 0 orang anak yang belum berkembang, 7 orang anak
yang mulai berkembang, dan 8 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
7.
Anak
dapat merobek kertas menurut ukuran sedang.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 0 orang anak yang belum berkembang, 7 orang anak
yang mulai berkembang, dan 8 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
8.
Anak
dapat menempel kertas menurut pola segitiga.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 0 orang anak yang belum berkembang, 3 orang anak
yang mulai berkembang, dan 10 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
9.
Anak
dapat menempel kertas menurut pola lingkaran.
Terdapat 15 orang anak, ternyata baru 1 orang anak yang
belum berkembang, 5 orang anak yang mulai berkembang, dan 9 orang anak yang
berkembang sesuai harapan.
10.
Anak
dapat menempel kertas menurut pola segi empat.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 1 orang anak yang belum berkembang, 2 orang anak yang mulai berkembang, dan 12
orang anak yang berkembang sesuai harapan.
11. Anak dapat
menempelkan kertas pada gambar yang telah disediakan guru.
Terdapat
15 orang anak, ternyata baru 0 orang anak yang belum berkembang, 5 orang anak
yang mulai berkembang, dan 10 orang anak yang berkembang sesuai harapan.
4.
Refleksi
Setelah selesai melakasanakan
pembelajaran merobek dan menempelkan kertas dengan menggunakan kertas melalui
metode pemberian tugas, peneliti selaku
observer memperoleh temuan yg tidak perlu ditindak lanjuti.
Temuan pada siklus ke III ini di peroleh gambaran
bahwa upaya kemampuan motorik halus melalui metode pemberian tugas dengan
teknik merobek di PAUD Nuurul Iman Tanjungsari,
terdapat anak yang belum berkembang (0,39%), anak yang mulai berkembang (3,39%),
dan anak yang berkembang sesuai harapan (4,19%).
Tabel 4.6
Rekapitulasi Kemampuan Merobek Kertas
Tiap Anak.
No
|
Subjek
|
Nilai Tes Siswa pada
Pembelajaran Siklus
|
||
1
|
2
|
3
|
||
1.
|
Andita
|
23
|
28
|
33
|
2.
|
Apip
|
14
|
22
|
32
|
3.
|
Anisa
|
13
|
22
|
27
|
4.
|
Dea y
|
14
|
20
|
28
|
5.
|
Denova
|
16
|
18
|
28
|
6.
|
Dimas
|
16
|
19
|
26
|
7.
|
Farrel
|
13
|
18
|
22
|
8.
|
M.Yusuf
|
20
|
25
|
29
|
9.
|
Nurul
|
17
|
18
|
23
|
10.
|
Rahayu
|
17
|
20
|
32
|
11.
|
Reihan
|
16
|
17
|
27
|
12.
|
Rifky
|
16
|
21
|
30
|
13.
|
Sri Hanifah
|
16
|
25
|
32
|
14.
|
Witri
|
17
|
23
|
32
|
15.
|
Zidan
|
26
|
29
|
33
|
|
Jumlah
|
254
|
325
|
434
|
|
Rata-rata
|
16,93
|
21,66
|
28,93
|
Perolehan
hasil belajar per indikator, sebagai
berikut:
1.
Pada
indikator pertama hasil belajar anak pada
siklus ke I terdiri dari 7 item dari 15 orang yang diteliti ternyata yang
mendapatkan nilai (8,55%) anak yang belum berkembang, (4,8%) anak yang mulai
berkembang, dan (2,4%) anak yang berkembang sesuai harapan.
2.
Pada
indikator ke dua hasil belajar pada siklus ke 1 terdiri dari 4 item dari 15
orang yang diteliti ternyata yang mendapatkan nilai (5,85%) anak yang belum berkembang,
(2,55%) anak yang mulai berkembang, dan (0,4%) anak yang berkembang sesuai
harapan.
Tabel 4.7
Hasil Penilaian Kemampuan Merobek Siklus I
No
|
Indikator yang
dinilai
|
Nilai yang diperoleh
|
||
BB
|
MB
|
BSH
|
||
1.
|
Membuat gambar dengan teknik merobek dengan
memakai media kertas.
|
57
|
32
|
16
|
|
Persentase
|
8,55%
|
4,8%
|
2,4%
|
2
|
Membuat gambar
dengan teknik kolase dengan memakai media kertas
|
39
|
17
|
4
|
|
Persentase
|
5,85%
|
2,55%
|
0,6%
|
Diagram hasil Penilaian
Kemampuan Merobek Siklus I :
Gambar 4.1
Hasil Kemampuan merobek pada Siklus I
Perolehan hasil belajar
per indikator, sebagai berikut:
1.
Pada
indikator pertama hasil belajar anak pada
siklus ke II terdiri dari 7 item dari 15 orang yang diteliti ternyata
yang mendapatkan nilai (4,2%) anak yang belum berkembang, (7,95%) anak yang
belum berkembang, dan (3,6%) anak yang berkembang sesuai harapan.
2.
Pada
indikator ke dua hasil belajar pada siklus ke 1I terdiri dari 4 item dari 15
orang yang diteliti ternyata yang mendapatkan nilai (2,25%) anak yang belum
berkembang, (4,65%) anak yang mulai berkembang, dan (2,1%) anak yang berkembang
sesuai harapan.
Tabel 4.8
Hasil Kemampuan Merobek Siklus II
No
|
Indikator yang
dinilai
|
Nilai yang diperoleh
|
||
BB
|
MB
|
BSH
|
||
1.
|
Membuat gambar dengan teknik merobek dengan
memakai media kertas.
|
28
|
53
|
24
|
|
Jumlah
|
4,2%
|
7,95%
|
3,6%
|
2
|
Membuat gambar
dengan teknik kolase dengan memakai media kertas
|
15
|
31
|
14
|
|
Jumlah
|
2,25%
|
4,65%
|
2,1%
|
Diagram Hasil
Penilaian Kemampuan Merobek Siklus II:
Gambar 4.2
Hasil Penilaian Kemampuan merobek pada Siklus II
Perolehan
hasil belajar per indikator, sebagai
berikut:
1.
Pada
indikator pertama hasil belajar anak pada
siklus ke III terdiri dari 7 item dari 15 orang yang diteliti ternyata
yang mendapatkan nilai (100%) anak yang belum berkembang, (48,57%) anak yang
mulai berkembang, dan (32,17%) anak yang
berkembang sesuai harapan.
2.
Pada
indikator ke dua hasil belajar pada siklus ke II1 terdiri dari 4 item dari 15
orang yang diteliti ternyata yang mendapatkan nilai (100%) anak yang belum
berkembang, (48,71%) anak yang mulai berkembang, dan (27,90%) anak yang berkembang
sesuai harapan.
Tabel 4.9
Hasil Penilaian Kemampuan Merobek Siklus III
No
|
Indikator yang
dinilai
|
Nilai yang diperoleh
|
||
BB
|
MB
|
BSH
|
||
1.
|
Membuat gambar dengan teknik merobek dengan
memakai media kertas.
|
4
|
34
|
64
|
|
Jumlah
|
0,6%
|
5,1%
|
9,6%
|
2
|
Membuat gambar
dengan teknik kolase dengan memakai media kertas
|
9
|
17
|
41
|
|
Jumlah
|
1,35%
|
2,55%
|
6,15%
|
Diagram Hasil Penialaian Kemampuan Merobek Siklus III
Gambar 4.3
Hasil Kemampuan Merobek Silkus III
BAB
V
SIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Simpulan
1.
Guru
mempersiapkan pembelajaran melalui perencanaan yang dilaksanakan adanya
persiapan mengajar dalam bentuk Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan materi
yang dikemukakan pada bab sebelumnya. Metode yang digunakan yaitu metode pemberian
tugas. Jenis kegiatan adalah merobek dan menempel kertas. Pelaksanaan tindakan
ini dilaksanakan tiga hari kelompok B di PAUD Nuurul Iman Tanjungsari dan
persiapan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya.
2.
Peningkatan
kemampuan anak dalam pembelajaran merobek di PAUD Nuurul Iman hasil kemampuan merobek setelah dilaksanakan pelaksanaan
tindakan pada siklus I anak yang berkembang
sesuai harapan (1,33%), pada Siklus II
anak yang berkembang sesuai harapan (2,53%), dan pada siklus III anak yang
berkembang sesuai harapan (4,19%).
5.2
Saran
1.
Sebaiknya
pembelajaran merobek dan menempel kertas dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus anak dengan pemberian tugas.
2.
Kepada
orang tua sebaiknya dapat memotivasi kepada anak didik untuk lebih giat
belajarnya.
3.
Sebaiknya
metode pemberian tugas dapat memudahkan anak didik dalam pekerjaan
yang sengaja diberikan yang harus dilaksanakan dengan baik.
F OTO PENELITIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar